BUTEK
BUDAYA DAN TEKNOLOGI pada butek budaya kali ini akan
membahas tentang menyaksikan turnamen sumo di jepang
Semua
orang pasti mengenal sumo. Sebuah olahraga Jepang yang identik dengan dua orang
peserta berbadan luar biasa subur, hampir bertelanjang dan bergulat di atas
ring layaknya permainan tinju. Itulah sumo, sebuah ciri khas budaya Jepang yang tidak ada duanya. Ciri khas ini menjadikan sumo sebagai
salah satu wisata menarik di Jepang dan menjadi daya tarik tersendiri bagi
penyuka olahraga.
Bagi dunia
modern, sumo merupakan olahraga. Namun bagi budaya Jepang, sumo merupakan
sebuah tradisi dan ritual. Sumo merupakan bagian dari sejarah agama Shinto,
yaitu agama asli Jepang. Shinto sendiri berarti jalan para dewa dan sumo pada
awalnya dilakukan untuk menghibur para dewa selama festival Matsuri. Sebelum
abad ketujuh belas, sumo hanya menjadi bagian tradisi budaya Jepang, yang hanya
diperagakan pada hari-hari tertentu. Namun seiring berjalannya waktu, sumo
Jepang mulai beradaftasi mengikuti sekeliling hingga kita lihat seperti
sekarang ini.
Penyelanggaraan
turnamen sumo penuh dengan simbolisasi yang dibentuk berdasarkan agama
Shinto. Misalnya pada saat memulai, ada pasir yang dipakai untuk menutupi tanah
liat Dohyo. Ini merupakan simbol kemurnian dalam agama Shinto. Selain itu,
setiap peserta turnamen sumo mengenakan kanopi di atas yakata yang dibuat
menyerupai atap kuil Shinto. Keempat jubai pada setiap sudut kanopi yang
dipakai peserta turnamen sumo Jepang mewakili empat musim. Kemudian wasit dalam
turnamen sumo Jepang yang disebut Gyoji menyerupai seorang imam Shinto dalam
jubah tradisionalnya.
Berbagai
kelengkapan ini masih digunakan sampai sekarang, walaupun tujuan turnamen sumo
sudah bukan untuk urusan agama lagi. Sumo Jepang sudah dijadikan salah satu
cabang olahraga di negara asalnya. Hal ini ditunjukan dengan adanya berbagai
macam turnamen sumo yang digelar di negara tersebut. Ada enam turnamen besar
yang diselenggaraan setiap tahun yang disebut dengan Hon-basho. Turnamen sumo
dilaksanakan pada bulan dan tempat tertentu. Turnamen bulan Januari dilakukan
di Tokyo, begitupula turnamen bulan Mei serta September. Osaka menjadi tuan
rumah turnamen pada bulan Maret, Nagoya pada bulan Juli dan bulan November
sekaligus turnamen terakhir dilaksanakan di Fukuoka.
Pelaksanaan
enam kali turnamen ini disebabkan oleh popularitas sumo yang mulai berkembang pada
abad 20.Pelaksanaan turnamen ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
Pada waktu-waktu mendekati turnamen, kota-kota yang menjadi tempat pelaksanaan
akan ramai dikunjungi wisatawan. Menyaksikan pertandingan sumo langsung dari
daerah asalnya sudah tentu menjadi keistimewaan tersendiri, sehingga banyak
orang sayang untuk melewatkannya.
Namun
seiring dengan perkembangan pariwisata, banyak pelaku pariwisata Jepang yang
membuat turnamen sendiri diluar turnamen nasional. Ada beberapa studio yang
mempertontonkan aksi para pegulat sumo, salah satunya adalah Kokukigan Sumo
Stadio and Museum. Studio ini juga disebut dengan Ryōgoku Kokugikan yang
merupakan arena olahrga sumo terbesar di Tokyo. Pelaksanaan turnamen tidak
resmi itu sudah tentu diatur oleh sebuah event organizer, salah satunya adalah
Phantom Shadow Entertainment.
0 cuap cuap:
Post a Comment